Impikan Pesantren Enterprouner


Liputan ini didedikasikan kepada Mas Noto, Direktur Yayasan Bina Dhuafa, yang selalu menggelar program sosial dalam rangka membantu dan membina anak yatim dan dhuafa.

Ahmad Harnoto,
dok. 2016 

“Bina Dhuafa itu identik dengan santunan kepada orang-orang yang tidak mampu,” tegas Ahmad Harnoto, Direktur Yayasan Bina Dhuafa. Yayasan sosial ini berdiri di Rembang pada tanggal 10 Desember 2012 yang merupakan hasil hijrah dari Jakarta. Tahun 2010, sasaran rintisan Bina Dhuafa adalah anak-anak jalanan di Jakarta. Program unggulan waktu itu adalah pendidikan komputer di daerah Bekasi, setelah gagal menggalang program pendampingan diskusi anak-anak jalanan. 

Pendidikan komputer adalah program awal untuk anak-anak pedesaan. Program ini berangkat dari rasa cemburu Noto terhadap anak-anak kota yang telah mahir komputer. Menurut Noto, program komputer sekolah-sekolah di pelosok perdesaan hanya sekedarnya saja. Dengan program komputer Bina Dhuafa, Noto yakin dapat meningkatkan kemahiran penguasaan komputer bagi anak-anak desa. 

Santunan Pendidikan
 dok. Bina Dhuafa (2012)

Noto menuturkan, saat awal program komputer digulirkan banyak anak-anak yang tampak kaku saat pegang mouse komputer. “Anak-anak tampak kebingungan, akan dilarikan kemana kursor itu,” tutur Noto dengan senyum malu. Mereka benar-benar tampak asing dengan perangkat komputer. Namun tak lama kemudian, para anak didik Bina Dhuafa semakin familier dengan komputer dan pengoperasiannya. “Beberapa program kegiatan rutin Bina Dhuafa di pedesaan yang lainnya adalah  santunan anak yatim, santunan pendidikan, memotong hewan qurban, bazaar sembako murah,” tambah Noto. 


Yayasan Bina Dhuafa yang berdomisili di Desa Kumbo Kecamatan Sedan ini kerap kali terkendala. Setiap jasa pengiriman tidak mau mengirim ke Desa Kumbo karena akses terlalu jauh. Jasa pengiriman yang ada sangat keberatan. Selama ini akses untuk tempat pengiriman barang dialamatkan di Pamotan. “Alamat pengiriman barang dan surat menyurat kami alamatkan di Pamotan,” tutur Noto. 

Potensi sasaran program kegiatan Bina Duafa di Kumbo sangat strategis karena masih banyak anggota masyarakat dhuafa. Namun untuk brand, Noto mengaku Pamotan lebih potensial. Hanya saja Bina Dhuafa di Pamotan masih banyak kendala. Tanah dan bangunan di Pamotan belum tersedia. “Saya berharap, ada pihak-pihak yang berkenan mewakafkan tanah untuk Bina Dhuafa, silahkan,” harap Noto. “Kita akan terima dengan buat bangunan untuk sentral edukasinya,” tambah noto dengan harap.   
Anak-anak desa sedang
pelatian komputer, dok. Bina Dhuafa (2014)

Impian Bina Duafa adalah memiliki pesantren enterpreuner. “Sekarang banyak yang pintar di bidang ekonomi, namun minim agama. Banyak juga yang pintar di bidang agama, tapi secara enterpreuner nggak ada,” ungkap keinginan Noto. Pesantren enterpreuner yang akan digagas Bina Dhuafa adalah konsep pesantren dengan pembekalan jiwa kewirausahan dan juga ilmu agama, minimal memiliki para santri hafalan Al-Quran. “Kita ingin memadukan ilmu agama dan ilmu dunia. Kalau mereka sudah mengantongi ilmu tersebut, maka para santri punya bekal dunia dan bekal akhirat,” pungkasnya. 


Juru rekam: Exsan Ali Setyonugroho 
Pembantu Teknis: Adi Prayetno 
Reporter: Suhadi Rembang
Editor: Exsan Ali Setyonugroho 
Narasumber: Ahmad Harnoto
Lokasi wawancara: Rumah Baca Pamotan 
Hari, Tanggal: Kamis, 25 Februari 2016 
Alat rekam: Hp Lenovo tipe A369i
Aplikasi rekaman: WhatsApp
Aplikasi editing: Microsoft Office Publisher  2007

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.